Perbedaan Mixing dan Mastering

Kalau anda anak band yang pernah rekaman, tentunya sering atau pernah  mendengar kata mastering.


Apa itu mastering?
Proses mastering yang sering disebut orang sebenarnya lebih tepat dikatakan  sebagai PreMastering. Namun, dalam kenyataannya orang lebih cenderung  mengatakannya sebagai Mastering dari pada PreMastering. Secara natural istilah PreMastering ini pun berubah menjadi Mastering.


Mastering adalah tahap akhir dalam proses sebuah musik. Mastering dalam  bahasa yang sederhana dapat dikatakan sebagai proses polishing musik. Sama seperti furniture yang dipolish biar kinclong, anda perlu membuat musik anda menjadi kinclong. Caranya dengan dikirim ke proses mastering.

Apa perbedaan antara Mixing dan Mastering ?

Mixing adalah proses balancing multitracks. Saat kita merekam lagu, kita akan menggunakan banyak track untuk merekam alat-alat musik tersebut. Supaya bunyi menjadi seimbang maka kita melakukan proses mixing. Berbeda dengan mixing, dalam proses mastering, anda hanya menggunakan 1 stereo file.
1 stereo file terdiri dari 2 track, yaitu kiri dan kanan. Jadi file yang dikirim untuk mastering adalah final mixing anda, bukan multitracks atau file mentah hasil rekaman.

Apa yang harus diperhatikan saat mixing ?

1. Balancing

Balancing adalah proses dimana kita menyeimbangkan multitracks. Proses balancing hanya bisa dilakukan dalam proses mixing. Apabila ada track yang terlalu kekencangan atau kekecilan, maka anda perlu untuk memperbaikinya lagi diproses mixing.

2. Tuning

Wah, vokalisku suaranya fals, tuning gitarku rada out. Bisa nggak diperbaiki di proses mastering? Jawabannya TIDAK. Proses tuning hanya bisa dilakukan sewaktu mixing. Oleh karena itu pastikan semua not-not yang kedengarannya fals sudah ditune sebelum dikirim ke mastering session.

3. Sound Kurang Bersih

Kadang anda merasa sound hasil mixing anda kurang bersih, padahal sound sudah di EQ dan di Filter. Masalah bersih ini dapat diatasi dalam proses mastering.

4. Sound Kurang lebar

Kok mixingan gue kurang lebar yah, padahal dah dipanning full nih? Don’t worry sound engineer can help you to make it wider in the mastering process.

5. Frekuensi Saling Bertabrakan

Kadang kita memiliki hingga 100 tracks atau lebih saat rekaman. Mau tidak mau pastilah ada frekuensi yang saling bertabrakan satu sama lain. Dalam proses mastering, anda dapat membuat frekuensi tersebut menjadi lebih terbuka dan tidak bertabrakan satu  sama lain. Dengan demikian bunyi alat-alat musik menjadi lebih jelas terdengar.

6. Loudness Level

Apakah sound mixing harus kencang?
Jawabannya TIDAK. Banyak Mixing Engineer yang pengen hasil mixingannya kencang. Ini adalah pola pemikiran yang perlu untuk diperbaiki. Mixing sound tidak harus kencang apalagi sampai menaruh limiter (L1, L2 atau L3) di master fader. Dengan menaruh limiter berarti anda membatasi kerja mastering engineer. Usahakan untuk membuat sound mixing yang bagus tanpa menggunakan limiter. Biarkan masalah kencang ditangani langsung oleh mastering engineer. Saat mixing, sisakan 3-6 dBFS headroom dengan posisi master fader tetap di 0 dBFS.

7. Peak

Sering kali kita keasyikan mixing. Tanpa disadari master fader pun peak (merah). Banyak mixing engineer berpikir secara praktis dengan menurunkan level master fader atau menaruh limiter untuk menghindari peak. Ini adalah cara yang kurang tepat. Posisi master fader harus selalu berada di angka NOL (0). Saat terjadi peak, yang perlu diturunkan adalah level individu track, bukan level master fader. Jangan sampai terjadi peak di individu track. Pengen sound yang kencang saat mixing? Naikkan level monitoring anda.

8. Sample Rate & Bit Resolution

Usahakan untuk menggunakan sample rate yang sama mulai dari proses recording, mixing hingga mastering. Beritahukan kepada mastering engineer sample rate yang anda gunakan. Apabila final destination anda adalah CD Audio, maka saat recording cukup menggunakan sample rate 44.1 kHz dan 24 bit. Untuk Video sebaiknya menggunakan sample rate 48 kHz dan 24 bit.

9. Less is more – Simpler is Better

Anda dapat menggunakan EQ, Compressor, Gate, Reverb, Delay, dll untuk mixing. Gunakan dan kuasai alat-alat ini secara baik dan benar. File lagu dengan kualitas yang terbaik adalah file lagu yang masih murni dari hasil rekaman tanpa harus melewati banyak proses. Usahakan untuk mendapatkan hasil rekaman yang baik. Hindari prinsip “WE CAN FIX IT DURING MIXING/MASTERING”. Saat mixing, usahakan untuk membuat sound yang natural, jangan sampai terlalu boomy atau terlalu tajam. Good Mixing = Good Mastering.

10. Normalize

Don’t Ever Do This – Not Even Think About It!!
Mastering adalah proses final dan sensitif. Percayakan proses mastering anda kepada Professional Mastering Engineer yang spesialisasi di bidang ini. Saat memutuskan untuk menjadi seorang Sound Engineer, fokuskan diri anda ke satu bidang dimana anda benar-benar menjadi seorang pakar di bidang tersebut. Profesi yang saling merangkap akan membuat hasil kerja anda menjadi kurang maksimal karena konsenstrasi dan fokus yang terpecah-belah serta dikejar-kejar waktu.

sumber
Perbedaan Mixing dan Mastering
Item Reviewed: Perbedaan Mixing dan Mastering 9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Emoticon? nyengir

Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^

Komentar Terbaru

Just load it!